Sesungguhnya melakukan shalat
Tahajjud
dan mengekang dorongan hawa nafsu dan syaitan, adalah sesuatu yang
teramat berat dan sulit kecuali bagi orang yang dimudahkan dan ditolong
oleh Allah.
Ada beberapa faktor yang bisa membantu
dan memotivasi seseorang untuk melakukan shalat Tahajjud serta
memudahkannya dengan izin Allah. Faktor ini terbagi dua bagian; sarana
lahir dan sarana batin.
Faktor Lahir:
1. Menjauhi Perbuatan Dosa Dan Maksiat
Yaitu, tidak melakukan perbuatan dosa di
siang hari dan di malam hari, karena hal itu bisa membuat hati keras dan
menghalangi seseorang dari curahan rahmat.
Seorang laki-laki bertanya kepada
al-Hasan al-Bashri, "Wahai Abu Sa'id, semalaman aku dalam keadaan sehat,
lalu aku ingin melakukan shalat malam dan aku telah menyiapkan
kebutuhan untuk bersuci, tapi mengapa aku tidak dapat bangun?" Al-Hasan
menjawab, "Dosa-dosamu mengikatmu."[1]
Sufyan ats-Tsauri berkata, "Selama lima
bulan aku merugi tidak melakukan shalat Tahajjud karena dosa yang aku
perbuat." Ia ditanya, "Apakah dosa yang engkau lakukan?" Ia menjawab:
"Aku melihat seseorang menangis, lalu aku berkata dalam diriku, 'Orang
ini riya'.'"[2]
Sebagian orang shalih berkata, "Betapa
banyak makanan yang bisa menghalangi orang melakukan shalat Tahajjud dan
betapa banyak pandangan yang membuat orang rugi tidak membaca sebuah
surat. Sesungguhnya seorang hamba kadang memakan suatu makanan atau
melakukan suatu perbuatan lalu ia diharamkan karenanya dari melakukan
shalat Tahajjud selama setahun."[3]
Fudhail bin 'Iyadh berkata, "Bila kamu
tidak mampu melakukan shalat Tahajjud di malam hari dan puasa di siang
hari maka kamu adalah orang yang merugi."[4]
Saudaraku, tinggalkanlah kemaksiatan
dan dosa jika engkau mengharapkan berkhalwah (menyendiri) dengan Allah
Yang Mahamengetahui segala yang ghaib!
2. Tidak Meninggalkan Tidur Siang Karena Itu Adalah Sunnah
Dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma, ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اِسْتَعِيْنُوْا بِطَعَامِ السَّحَـرِ عَلَى صِيَامِ النَّـهَارِ، وَبِالْقَيْلُوْلَةِ عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ.
"Jadikanlah makanan sahur sebagai
sarana untuk membantumu melakukan puasa di siang hari dan tidur pada
tengah hari sebagai sarana untuk membantumu melakukan shalat
Tahajjud."[5]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendorong untuk melakukan hal-hal yang dapat membantu, menggiatkan dan
menjadikan orang beramal dengan terus-menerus. Sebab sibuk di siang hari
hingga tidak tidur pada tengah hari dapat membuat fisik lemah dan di
malam hari tidur menjadi nyenyak.
Al-Hasan al-Bashri bila datang ke pasar
dan mendengar hiruk pikuk orang-orang di sana, ia berkata, "Aku mengira
malam mereka adalah malam yang buruk (karena tidur nyenyak dan tidak
bertahajjud), mengapa mereka tidak tidur tengah hari?"[6]
3. Tidak Memperbanyak Makan
Sebab orang yang banyak makan akan banyak minum akan terlelap dalam tidur dan berat untuk melakukan shalat Tahajjud.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ
بَطْنِهِ، بِحَسْبِ إِبْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٍ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ
كَانَ لاَ مَحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ
لِنَفَسِهِ.
"Tidak ada wadah yang paling buruk yang
diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam menyantap
beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya.
Jika memang ia harus mengisi perutnya maka hendaknya ia mem-berikan
sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga
lagi untuk nafasnya."[7]
Diriwayatkan bahwa iblis menampakkan
dirinya kepada Yahya bin Zakariya dengan membawa beberapa buah sendok.
Yahya bertanya kepadanya, "Untuk apakah sendok-sendok ini?" Iblis
menjawab, "Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menjebak anak
keturunan Adam." Yahya bertanya kepadanya, "Apakah engkau mendapatkan
sesuatu dari jebakan atau diriku?" Ia menjawab, "Ya, tadi malam engkau
kenyang, lalu aku menjadikanmu berat untuk melakukan shalat Tahajjud."
Yahya berkata, "Aku pasti tidak akan mengenyangkan perutku lagi
selamanya." Iblis berkata, "Aku pasti tidak akan memberi nasihat (saran)
kepada siapa pun setelah saranku ini kepadamu."[8]
Wahab bin Munabih berkata, "Tidak ada anak keturunan Adam yang lebih disukai syaitan selain tukang makan dan tukang tidur." [9]
Mis'ar bin Kadam berkata:
وَجَدْتُ الْجُوْعَ يَطْرُدُهُ رَغِيْفُ
وَمَلَءَ الْكَفُّ مِنْ مَاءِ الْفُرَاتِ
وَقَلَّ الطَّعَمُ عَـوْنٌ لِلْمُصَلِّـي
وَكَثْرُ الطَّعَمِ عَوْنٌ لِلسَبَّاتِ
Aku temukan rasa lapar dapat disingkirkan
Dengan roti dan segenggam air sungai Eufrat.
Sedikit makanan dapat membantu orang yang shalat
Dan banyak makanan justru membantu orang-orang yang suka mencela. [10]
4. Tidak Membebankan Fisik Di Siang Hari
Misalnya dengan memberikan pekerjaan yang
sangat berat dan membebaninya dengan pekerjaan yang membuat fisik dan
otot lemah di siang hari. Hal ini akan membuat rasa kantuk di malam
hari.
5. Mengamalkan Sunnah Saat Tidur
Yaitu dengan berupaya melakukan: (1).
Membaca dzikir-dzikir yang dianjurkan sebelum tidur, karena itu semakin
memperkokoh hubungan hamba dengan Rabb-nya. (2). Tidur di atas lambung
sebelah kanan.
Ibnul Qayyim rahimahullah menguraikan
rahasia di balik cara tidur seperti ini dengan mengemukakan, "Tidur
dengan cara berbaring di atas lambung sebelah kanan memiliki rahasia.
Yaitu, bahwa hati berada di sebelah kiri, maka bila seseorang tidur di
atas lambung kirinya, ia akan tidur sangat nyenyak karena dia dalam
kondisi tenang dan nyaman sehingga tidur jadi nyenyak. Sementara bila ia
tidur di atas lambung sebelah kanan, tidurnya tidak nyenyak karena
hatinya tidak menentu (gelisah) ingin mencari tempat menetapnya. Karena
itulah para ahli medis menganjurkan tidur dengan posisi di atas lambung
sebelah kiri karena itulah posisi istirahat yang paling sem-purna dan
tidur yang paling nyaman. Sedang-kan agama menyunnahkan tidur di atas
lambung sebelah kanan agar tidurnya tidak nyenyak se-hingga tidak
meninggalkan shalat Tahajjud. Jadi tidur di atas lambung sebelah kanan
bermanfaat bagi hati dan di atas sebelah kiri bermanfaat bagi tubuh.
Wallaahu a'lam."[11]
Faktor Batin:
Faktor batin ini dijelaskan Imam al-Ghazali rahimahullah dalam bukunya Ihyaa' ‘Uluumid Diin:
1. Membersihkan hati dari sifat dengki
terhadap kaum muslimin, dari perbuatan bid'ah dan dari keinginan duniawi
yang berlebihan. Sebab orang yang mencurahkan sepenuh pikirannya untuk
urusan duniawi tidak akan mudah melakukan shalat Tahajjud. Kalau pun ia
melakukannya, dalam shalatnya yang dipikirkan hanyalah urusan duniawi
dan yang terbayang dalam pikiranya hanyalah bisikan-bisikan dunia
tersebut.
2. Rasa takut yang mendominasi hati
disertai angan-angan hidup yang pendek. Sebab bila seseorang merenungkan
huru-hara kehidupan akhirat dan tingkatan terbawah Neraka Jahannam maka
tidurnya tidak akan nyenyak dan takutnya sangat besar, sebagaimana
dikatakan Thawus, "Mengingat Neraka Jahannam menjadikan tidurnya ahli
ibadah tidak nyenyak."
مَنَعَ الْقُـرْآنُ بِوَعْدِهِ وَوَعِيْـدِهِ
مُقِلُّ الْعُـيُوْنُ بِلَيْلِهَا أَنْ تَهْجَـعَا
فَهِمُوْ عَنِ الْمَلِكِ الْجَلِيْلِ كَلاَمُهُ
فَرِقَابُهُمْ ذَلَّتْ إِلَيْـهِِ تَخَـضَّعَا
Al-Qur-an dengan janji dan ancamannya
Membuat mata tidak dapat tidur di malam hari.
Mereka memahami firman Raja Yang Mahaagung (Allah)
Lalu mereka merendah dan tunduk kepada-Nya.
3. Mengetahui keutamaan shalat Tahajjud
dengan menyimak ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar-atsar, hingga timbul
keinginan dan kerindu-annya terhadap pahalanya sangat besar. Rasa rindu
itu kemudian mendorongnya untuk mendapatkan pahala yang lebih dan
keinginan mencapai dejarat Surga.
4. Ini adalah faktor yang paling mulia.
Yaitu mencintai Allah dan keyakinan yang kuat, bahwa dalam shalat
Tahajjud dia tidak mengucapkan satu huruf pun melainkan ia tengah
bermunajat kepada Rabb-nya dan menyaksikan-Nya, disertai dengan
kesaksiannya terhadap apa yang terlintas di hatinya. Bisikan yang ada di
dalam hatinya yang datang dari Allah itu adalah pembicaraannya
dengan-Nya. Bila ia telah mencintai Allah, pasti ia ingin berduaan
bersama-Nya dan menikmati munajat dengan-Nya, sehingga hal itu
mendorongnya untuk berlama-lama dalam shalat. Kenikmatan ini tidaklah
mustahil dan generasi Salaf kita telah merasakannya.
Abu Sulaiman berkata, "Seandainya Allah
memperlihatkan kepada orang-orang yang senantiasa melakukan shalat
Tahajjud pahala dari amal mereka, tentu kenikmatan yang mereka rasakan
lebih besar dari pahala yang mereka dapat."
Ibnu al-Munkadir berkata, "Tidak ada
kenikmatan dunia kecuali tiga; shalat Tahajjud, berkumpul bersama
saudara seiman dan shalat dengan berjama'ah."
Ketahuilah bahwa karunia dan kenikmatan
inilah yang paling diharapkan, karena shalat malam dapat membuat hati
bersih dan menyingkirkan segala problem kehidupan.[12]
[Disalin dari kitab "Kaanuu Qaliilan
minal Laili maa Yahja’uun" karya Muhammad bin Su'ud al-‘Uraifi diberi
pengantar oleh Syaikh 'Abdullah al-Jibrin, Edisi Indonesia Panduan
Lengkap Shalat Tahajjud, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Ihya'-u 'Uluumid Diin (I/313).
[2]. Ibid, (I/314)
[3]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 322).
[4]. Al-Hilyah (VIII/91).
[5]. HR. Ibnu Majah dalam kitab ash-Shiyaam, bab Maa Jaa-a fis Sahuur,
(hadits no. 1693). Di dalam sanadnya terdapat perawi bernama Zam'ah bin
Shalih, Ibnu Hajar menilainya. Semen-tara dalam hadits yang dinilai
shahih oleh al-Albani dari Anas Radhiyallahu anhu Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
قِيْلُوْا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ.
"Tidurlah pada tengah hari (siang hari) karena syaitan tidak tidur
pada tengah hari." Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Sha-hiihah (no.
2647).
[6]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 308).
[7]. HR. At-Tirmidzi dalam kitab az-Zuhd, bab Maa Jaa-a fii Karaahiyati
Katsratil Akl, (hadits no. 2380) dengan komentar-nya, "Hadits ini hasan
shahih," Ibnu Majah dalam kitab al-Ath'imah, bab al-Iqthisharu fil Akli
wa Karaahiyatusy Syib'a, (hadits no. 3349). Hadits ini dinilai shahih
oleh al-Albani dalam Jaami'ush Shahiih (no. 5550).
[8]. Ash-Shalaatu wat Tahajjud (hal. 320).
[9]. Az-Zuhd oleh Imam Ahmad, (hal. 373).
[10]. Al-Hilyah (VII/219).
[11]. Baca Zaadul Ma’aad (I/321).
[12]. Ihyaa' ‘Uluumid Diin (I/314-315) dengan beberapa perubahan redaksi.